DanAllah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al Baqarah [2]: 276) Ini adalah hukuman di dunia bagi pelaku riba, yaitu Allah akan memusnahkan atau menghancurkan hartanya. "Menghancurkan" ini ada dua jenis: Pertama, menghancurkan yang bersifat konkret. – Berikut adalah solusi menurut Buya Yahya ketika istri ingin berhenti bekerja tapi takut rezeki dalam rumah tangga berkurang. Sebagai orang muslim tentu tidak asing lagi mendengar pernyataan jodoh, rezeki, dan mati ada di tangan tuhan. Namun, pernyataan tersebut tak lantas membuat setiap orang muslim hanya berpangku tangan tanpa berusaha. Baca Juga Dosakah Suami Nganggur dan Istri yang Kerja Cari Nafkah? Simak Penjelasan Buya Syakur Yasmin Setiap orang ingin berusaha agar hidupnya layak dan tercukupi, terutama ketika sudah berumah tangga. Dalam rumah tangga, tugas utama laki-laki adalah bekerja dan memberi nafkah. Namun bagaimana jika rezeki laki-laki sebagai kepala rumah tangga dirasa kurang, hingga istrinya ikut bekerja dan takut untuk berhenti kerja karena merasa penghasilan suami tidak cukup? Dalam suatu kesempatan, ada salah satu jamaah yang bertanya kepada Buya Yahya. Baca Juga 5 Cara Praktis Merawat Tanaman Hias Aglonema, Nomor 3 Tidak Boleh Dilewatkan

Kakitangan kerajaan dan pesara dapat duit bonus hari raya. Staff that perform are mostly chinese,most of my rezeki derive from from them even a chick who brings me joy is an amoi!keh keh Antara sebab mengapa Allah memilih agama Islam diturunkan di kalangan orang Arab dulu adalah kerana mereka mempunyai perangai luar biasa seperti

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa rezeki memang sudah diatur oleh Allah swt sejak masih dalam kandungan. Lalu, mengapa manusia masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari? Sekelumit problematika dalam menyikapi persoalan yang tidak berbanding lurus dengan realitas ini dijawab dalam buku yang berjudul Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja karya dari Imam Al-Muhasibi. Imam Al-Muhasibi adalah seorang sufi yang karya-karya fokus terhadap tasawuf yang berorientasi terhadap psikologi moral. Ia berhasil memadukan antara, ilmu, tasawuf dan hakikat. Maka tidak salah, jika jika Prof Abdul Kadir Riyadi menyebut kitab al-Makasib ini sebagai kitab yang membahas “Etika Ekonomi”. Sedangkan, Luis Massignnon mengategorikan pemikiran tasawuf Al-Muhasibi ke dalam genre moral psychology yaitu tasawuf yang merambah ke wilayah psikologi moral. Kitab ini penting menjadi rujukan masyarakat hari ini karena terdapat beberapa relevansi dengan kehidupan nyata masyarakat yaitu sikap-sikap yang perlu disemai agar masyarakat tidak hanya berpikir bagaimana mendapatkan harta yang banyak, tetapi juga bagaimana cara masyarakat untuk mendapatkannya. Tidak hanya tentang mendapatkan harta itu sendiri, tetapi memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana harta itu didapatkan. Di dalam buku ini, Imam Al-Muhasibi menyebutkan kiat-kiat cara mengonversi ikhtiar duniawi agar bernilai ukhrawi, mendapatkan rezeki halal dan berkah, menjelaskan secara rinci alasan syariat dan logika mengapa kita harus tetap berusaha mencari rezeki, motivasi untuk menjadikan kerja menjadi ibadah, serta mengurai bagaimana konsep “Allah telah mengatur rezeki manusia” dengan mudah dipahami oleh pembaca. Buku terjemahan ini diawali dengan penjelasan bagaimana memahami hakikat ketentuan rezeki sesuai dengan keterangan yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits. Salah satu penjelasan Al-Qur’an di antaranya adalah bagaimana menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia. Karena sejatinya, kewajiban seorang Muslim sesudah Allah mencukupi rezekinya adalah menggunakan akal pikirannya untuk bertadabbur dan merenungkan penciptaan langit dan bumi, dan menumbuhkan sikap yang positif dalam dirinya halaman 22. Hal ini juga ditegaskan oleh Ibnu Athaillah As-Sakandari bahwa akal diciptakan untuk mengatur dan memikirkan urusan ibadah, bukan untuk mengurusi rezeki. Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluknya. Dengan demikian, melalui Al-Qur’an, hadits, dan ijma’ para ulama, Allah telah menjelaskan bahwa manusia harus bekerja sesuai dengan perintah Allah. Jika tidak, sudah ada argumentasi hujjah yang tegas menyatakan kekeliruan mereka. Sebab itulah, perintah ini bukan hanya semata-mata bekerja akan tetapi juga mencari rezeki dengan tata cara yang benar seperti tidak melanggar batas-batas syariat, menerapkan prinsip wara’ dalam berbisnis, berkarya dan dalam segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan, maka otomatis telah taat kepada Allah dan menjadi orang yang terpuji halaman 40. Buku ini menghadirkan kisah-kisah keteladanan dari para sahabat Nabi dalam menafkahi keluarganya. Sebagaimana kebijakan Abu Bakar As-Shiddiq saat menjadi khalifah agar menganjurkan umat Islam untuk bekerja dan mencari nafkah. Sebab bekerja untuk kebutuhan keluarga adalah perbuatan yang paling utama, paling merekatkan kekerabatan, dan ketaatan paling tinggi. Bahkan, Abu Bakar As-Shiddiq berujar, “aku tidak ingin menanggung dosa atas kelalaianku terhadap keluargaku bila tidak sampai aku nafkahi. Berikan aku gaji yang layak!” halaman 55. Kemudian ditentukanlah gaji yang layak untuk Abu Bakar oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib agar dia fokus mengatur urusan umat Islam saat kewajiban menafkahi keluarga sudah terpenuhi. Disebutkan pula di dalam buku ini tentang perdebatan di kalangan para ulama antara bekerja dan tidak bekerja. Ada sebagian ulama yang mengatakan agar tidak bekerja dengan alasan bahwa Allah telah mencukupi rezeki setiap makhluk sehingga bekerja atau berusaha menyiratkan keraguan atas jaminan Allah. Akan tetapi, pandangan ini bertentangan dengan argumen-argumen rasional dan dalil-dalil sahih yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Rasulullah telah mencontohkan dalam urusan tawakal agar tetap melakukan ikhtiar halaman 61. Imam Al-Muhasibi menegaskan bahwa Allah telah memastikan keutamaan bagi seseorang yang bekerja, dan Rasul-Nya telah memberi tuntunan bahwa bekerja bisa mendekatkan hati kepada Allah dan dapat menambah nilai ibadah, hati yang berserah diri kepada Allah pasti mendorongnya untuk bekerja sebagai bentuk kepatuhan kepada-Nya. Maka seharusnya bekerja tidak melemahkan frekuensi hati untuk mendekatkan diri dengan Allah halaman 75. Penjelasan etika dalam bekerja secara profesional dan proporsional di dalam buku ini dibuktikan dengan beberapa alasan ulama, kisah-kisah para sahabat, dan dalil Al-Qur’an. Dilengkapi dengan penjelasan bagaimana bersikap tawakal dan wara’ dalam menghadapi sesuatu yang masih subhat serta beberapa strategi para ulama dalam mendekati dan mendapatkan pemberian dari pemerintah. Membaca buku ini dengan utuh akan mendapatkan kebijaksanaan bahwa rezeki yang sudah ditakar oleh Allah perlu untuk diikuti dengan sikap ikhtiar dan wara’ dalam mendapatkannya. Tidak hanya bagaimana kita mendapatkan rezeki, akan tetapi dengan cara dan strategi yang diperbolehkan oleh syariat. Hal ini dilakukan agar bekerja menjadi benar-benar bernilai ibadah di hadapan Allah dan mendapatkan keberkahan di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Peresensi adalah Abdul Warits, mahasiswa Pascasarjana Studi Pendidikan Kepesantrenan, Instika, Guluk-Guluk Sumenep Madura Identitas buku Judul Jika Tuhan Mengatur Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja? Penerjemah Abdul Majid, Lc Penerbit Turos Pustaka Cetakan Juli, 2022 Tebal 181 halaman ISBN 978-623-732-77-07 tsutayaでずっと探していたものをついに発見 the best of tv
Rezeki kita sudah diatur dan sudah ditentukan. Kita tetap berikhtiar. Namun tetap ketentuan rezeki kita sudah ada yang mengatur. So, tak perlu khawatir akan rezeki. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” HR. Muslim no. 2653, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Dalam hadits lainnya disebutkan, إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ “Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan setelah arsy, air dan angin adalah qalam pena, kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya.” HR. Tirmidzi no. 2155. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih Ibnul Qayyim berkata, “Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu. Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar. Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat. Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka EMPAT JALAN REZEKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya. Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah –Ta’ala- membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN REZEKI, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki. Dan begitulah Allah Ta’ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.” Al Fawaid, hal. 94, terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahqiq Salim bin Ied Al Hilali Masihkah kita khawatir dengan rezeki? Ingatlah, rezeki selain sudah diatur, juga sudah dibagi dengan adil. Allah Ta’ala berfirman, وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ “Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” QS. Asy Syuraa 27 Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 6 553 Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. — Selesai disusun di Panggang, GK, 26 Rabi’ul Akhir 1436 H Penyusun Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Akuterdengar suara Pak Long. Kesian orang tua tu. Sekejap kesana, sekejap ke sini. Tak menang tangan dibuatnya. Pak Long kata pengantin lelaki akan sampai sekejap lagi untuk majlis akad nikah. Maka lauk pauk perlulah disiapkan pagi itu untuk menjamu keluarga pihak lelaki. Aku menguap sambil mengerling jam di tangan. Sudah hampir pukul 12. Sebagian dari kita mungkin pernah ditegur oleh orang tua, “Jangan duduk depan pintu!” Atau, “Jangan tidur abis subuh!” Biasanya, kita spontan bertanya, “Kenapa?” Mereka cukup menjawab, “Pamali.” Istilah “pamali” biasanya dipakai orang tua dahulu, terutama di daerah Sunda, untuk menegur seseorang yang melakukan pantangan. Setelah ditelusui, ternyata beberapa hal yang dilarang dan disebut “pamali” tersebut sebagian dilarang oleh para ulama, malahan ada juga yang memiliki landasan dalil dari Rasulullah saw. Salah satunya disebutkan oleh az-Zarnuji dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim. Lihat az-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, halaman 43-44. Bahkan, secara lengkap, Syekh az-Zarnuji menyebutkan rahasia mengapa seseorang dilarang duduk depan pintu atau tidur setelah subuh. Di antaranya adalah karena menjadi sebab kefakiran dan penghalang rezeki. Selain dua larangan itu, az-Zarnuji juga memaparkan sebab-sebab lainnya. Sedikitnya ada 35 sebab yang mewarisi kefikiran dan terhalangnya rezeki seseorang, yaitu 1. Akibat perbuatan dosa, terutama dosa berbohong; 2. Terlalu banyak tidur, terutama setelah subuh; 3. Tidur sambil telanjang; 4. Buang air kecil dalam keadaan telanjang; 5. Makan dalam keadaan junub; 6. Makan sambil berbaring; 7. Mengabaikan makanan yang terjatuh di meja makan; 8. Membakar kulit bawang putih atau bawang merah; 9. Menyapu rumah dengan kain; 10. Menyapu rumah di malam hari; 11. Menyapu sampah tidak langsung dibuang; 12. Berjalan mendahului orang yang lebih tua tanpa permisi; 13. Memanggil orang tua dengan namanya; 14. Menyela-nyela gigi dengan kayu kasar; 15. Membasuh tangan dengan tanah atau debu; 16. Duduk di tangga; 17. Bersandar pada salah satu tiang pintu; 18. Berwudhu di tempat peristirahatan; 19. Menjahit baju yang sedang dipakai; 20. Mengeringkan wajah dengan baju; 21. Membiarkan sarang laba-laba di rumah; 22. Melalaikan shalat; 21. Tergesa-gesa keluar masjid setelah shalat subuh; 24. Terlalu pagi berangkat ke pasar dan tidak buru-buru pulang darinya; 25. Membeli bubuk roti atau makanan dari orang fakir; 26. Mendoakan buruk kepada anak; 27. Membiarkan wadah makanan tidak ditutup; 28. Mematikan lilin atau lampu dengan tiupan nafas; 29. Menulis dengan alat tulis yang sudah rusak; 30. Menyisir dengan sisir yang rusak; 31. Tidak mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua; 32. Mengenakan serban sambil duduk; 33. Mengenakan celana sambil berdiri; 34. Bersikap kikir; 35. Cepat bosan, berlebihan, bemalas-malasan, dan bersikap lelet dalam mengerjakan sesuatu. Itulah beberapa hal yang mewarisi kefakiran dan sulitnya rezeki. Meski demikian, semua yang disampaikan di atas adalah ikhtiar. Yang menentukan segalanya adalah Allah. Maka maksimalkanlah ikhtiar, baik ikhtiar doa maupun ikhtiar kerja. Semoga saja berkat menjalankan sebab-sebab ini, Allah memudahkan dan melancarkan rezeki kita semua. Wallahu alam. Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Ramadhanmeminta Allah menempatkan pengamal puasa Ramadhan supaya ditempatkan bersama Nabi di Syurga Firdaus. Allah memperkenankan hajatnya dengan tambahan setiap orang diberi 100 bandar permata merah ya'qut. Setiap bandar pula dilengkapi dengan 1000 mahligai. Betapa hebatnya karunia Allah terhadap orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Sekira enam tahun lalu, aku berhenti dari pekerjaan yang sudah kutekuni kurang lebih selama 7 tahun. Makin ke sini, makin kusadari bahwa itu adalah hal terbaik yang pernah kulakukan seumur hidup. Karena banyak tanda harus resign yang sebenarnya sudah bertubi-tubi terjadi, yang akhirnya baru kuputuskan di tahun 2016 sejak tiga tahun sebelumnya sudah kurasakan ketidakberesan dalam banyak hal. Tapi dasar akunya yang pelupa. Sudah dibikin gondok, lupa. Dan akhirnya kejengkelan itu menumpuk sampai tiga tahun. Ya ampun … kalau anak orang, itu sudah bisa masuk playgroup! Resign atau Bertahan?Punya teman kerja yang toksik aja sudah makan ati, makan apa lagi kalau yang toksik itu atasanmu? Aku pernah baca quote, entah punya siapa. Tidak ada karyawan yang resign karena gaji, tapi mereka resign karena atasannya. Kutipan yang menurutku pas di antara teman-temanku yang kerap curhat tentang pekerjaannya. Dan memang, mereka lebih banyak mengeluhkan sikap atasan ketimbang gaji atau teman kerja. Ada yang atasannya perfeksionis, penuntut, pemarah, playing victim, pokoknya macam-macam. Nantinya, baru mereka mempertimbangkan kalau gajinya bisa menutupi kekurangan atasan. Malah ada yang bosnya amit-amit, gajinya pun tak kalah mengenaskan. Namun tetap, kebanyakan mereka resign karena sikap atasan, bukan karena minimnya gaji. Bahkan yang gajinya oke pun, lebih memilih keluar ketimbang tiap hari makan ati sak tidak sedikit yang memilih bertahan walau minim penghasilan, karena merasakan kepuasan batin saat melakukan pekerjaan. Tentu saja didukung dengan perasaan dihargai, bukan bekerja semata karena materi. Saking bahagianya, karyawan yang begini gak bakal kepikiran kapan harus gitu, Bos! Kalau mau punya karyawan yang anteng, jadilah atasan yang manusiawi. Dan kalau kamu bukan PNS yang atasanmu bakalan pindah atau berganti-ganti, pikir baik-baiklah kalau mau terus bertahan sementara kamu punya alasan yang masuk akal untuk Tanda Kamu Harus Keluar dari PekerjaanAku bukan mau memprovokasi kamu untuk berhenti kerja, ya. Tapi membantu menjaga kewarasan. Di saat pandemi begini, memang ada baiknya kamu pikir tenang-tenang sebelum keburu memutuskan diri off dari periuk buku Tambahkan Cinta Kurangi Benci, aku dapat sebuah kalimat yang lebih kurang berbunyi, Bahkan kalau ada cicak di kantor yang kerap muncul di ruang kerjamu, itu bisa jadi alasanmu untuk menjadikan wifi kantor sebagai alasanku untuk bertahan waktu itu. Padahal aku tinggal di kota, yang sinyal simcard apa pun relatif stabil, dan harga kuota internet gak mahal-mahal setelah resign aku malah menikmati wifi setiap hari, bisa lebih produktif menulis, lebih banyak baca buku, dan berbagai keuntungan yang gak pernah terpikir akan kudapat waktu masih bekerja. Eits nanti dulu, kondisi setiap orang berbeda-beda. Kamu cek keadaan di tempat kerjamu! Jika yang sepuluh di bawah ini kamu rasakan, berarti itu memang tanda bahwa kamu harus resign!1. Birokrasi LebayKalau dalam jam kerja kamu masih bisa keluar masuk kantor, beruntunglah! Ada banyak orang yang sekadar cari makan siang aja butuh izin atasannya. Iya, ada! Di perusahaan-perusahaan besar biasanya ini terkait dengan cuti. Kamu harus mendapat restu dari bagian ini dulu, izin dari bagian lainnya lagi, sampai sekadar berpikir untuk mendatangi mereka satu per satu pun males. Saking Banyak yang Tidak Boleh DibahasKalau kinerjamu bagus, jarang absen, sudah lama jadi karyawan di sana, tapi sekadar mencoba minta kenaikan gaji aja gak berani, berarti ada yang salah di tempat kerjamu. Ini bukan perkara keinginanmu diterima atau tidak, tapi peluang untuk diskusi itu terbuka atau tertutup?Menurut para ahli, jika segala hal memungkinkan untuk gajimu naik, tapi atasan tidak memberikannya, berarti tak ada harapan di tempat itu. Apalagi kalau kamu tidak merasa berpeluang menyampaikannya, entah perkara gaji atau apa pun. Alih-alih jenjang karier, kamu bahkan tidak dianggap berharga. 3. Kerja Malah Keluar DuitSalah satu “dosa” yang pernah aku lakukan di kantor dulu adalah manipulasi data pembelian pulpen. Gengs, untuk beli pena standar dua ribu perak pun harus izin atasan! Jadilah aku masukkan ke kwitansi fotokopi. Entah kamu bos, suami, atau ibu ke anak, kalau pelitmu kelewatan, itu hanya akan bikin “bawahanmu” juga pernah bekerja sebagai kasir bakeri, di situ mas-mas tukang panggang biasa beli korek api sendiri untuk memantik gas. Alasan ibunya bos, yang suka nongkrong di situ, korek api kan murah. Logikanya, kalau murah ya langsung beli banyak, siapin di situ! Bedanya, si mas ini tetap kerja di sana waktu aku mundur karena gak sanggup urusan sama nenek-nenek Bos Suka MenyalahkanEntah kapan memberi tugas, tau-tau bos marah-marah karena pekerjaanmu dianggap gak beres. Hm, ini sering kejadian kalau kita kerja dengan orang yang gak bisa misahin urusan rumah dengan urusan kantor. Gak kalau kamu merasa ada sesuatu yang salah. Hal kecil jadi besar, jika orang lain salah tak masalah tapi kalau kamu keliru bos langsung menyudutkan. Sudah deh, rezeki di tangan Allah. Jangan takut resign! 5. GhostingPacaran di-ghosting aja gak enak, apalagi kerjaan. Kamu ditugaskan melakukan sebuah pekerjaan, waktu kamu butuh petunjuk, yang ngasih kerjaan gak respons. Mangkel banget pasti! Kalau hal seperti itu berulang-ulang, artinya kamu harus berpikir untuk cari tempat lain yang lebih Janji PalsuKalau orang lain mendengar kata ansor terkenang penduduk Madinah, aku malah teringat salah satu kakakku. Menurutnya, ansor itu singkatan dari angin sorga, artinya janji indah yang diulang-ulang tapi tak pernah pernah diperlakukan begitu oleh petinggi di tempat kerjamu? Kalau masih hitungan bulan sih oke, tapi kalau bertahun-tahun, sebaiknya minta kepastian dan tunjukkan ketegasan. 7. Kekeluargaan PalsuSebagai makhluk sosial, kebanyakan kita mudah tersentuh dengan keramahan orang lain. Itulah celah yang digunakan bos licik untuk mendapatkan tenaga gratis. Coba ingat baik-baik, seberapa banyak pekerjaan yang dibebankan padamu yang itu gak ada hubungannya dengan urusan kantor?Bukan untuk menyebut-nyebut kebaikan, tapi memisahkan antara diberdayakan atau diperdaya, menjadi manusia bermanfaat atau manusia yang terus dimanfaatkan manusia lain. Masih ada peluang pahala lain kok, yang risiko sakit hatinya lebih kecil. Sebab jika terbiasa memanfaatkanmu, di saat kamu gak bisa memenuhi keinginannya, keramahannya akan hilang. Seolah si bos berhak memperlakukanmu sesuka dia. Gak percaya? Terus aja kerja sama dia!8. Atasan yang Selalu Mengeluh“Utang kita ke bank sudah banyak banget, kita harus lebih giat!” pernah dengar bosmu mengeluh begitu? Oke, doakan saja agar utang itu cepat terbayar tanpa perlu utang baru. Cukup sampai situ!Bukan kebijakanmu kan kantor sampai berutang? Dan cukup realistis kok kalau kamu berprasangka keluhan itu hanya tameng supaya kamu gak minta naik gaji, libur, atau kebijakan lain yang menguntungkan Tidak Ada Jatah LiburAku sih gak paham undang-undang tentang jatah libur karyawan. Perbedaan karyawan dengan buruh aja aku gak ngerti-ngerti amat, hihi kasian kamu dah baca sepanjang ini! Namun yang jelas setiap negara pasti punya UU yang melindungi warganya, termasuk UU tentang hak karyawan di tempat kerja, salah satunya perkara kamu cek perjanjian kerja yang dulu pernah kamu tanda-tangani, apakah disebutkan tentang berapa jatah libur dalam setahun, kondisi bagaimana kamu bisa mengajukan cuti, dsb. Idealnya jika itu tidak sesuai ketentuan pemerintah, kita bisa laporkan ke pihak berwenang. Tapi gak jamin sih, yuno lah kita tinggal di mana. Paling tidak seminim-minimnya, tanggal merah dan hari raya kamu bisa libur. Saat sakit kamu diizinkan tidak masuk, dapat cuti setidaknya tiga bulan untuk melahirkan, dan ada biaya lembur jika kamu bekerja di luar jam Pekerjaan yang Tak Ada HabisnyaAwalnya kamu mungkin bangga bisa mengerjakan banyak hal. Tapi hati-hati, semakin banyak yang kamu kuasai, semakin banyak yang harus kamu kerjakan. Terutama kalau kamu adalah karyawan baru, tahan diri untuk tidak memamerkan kehebatan. Kamu belum kenal medan!Kalau kamu pribadi yang lunak dengan sekian banyak skill, siap-siap aja dianggap robot. Pastikan kamu paham tabiat orang-orang di sekitarmu sebelum mereka sadar dengan banyaknya aku pribadi mendapati lima dari sepuluh tanda harus resign di atas saat bekerja. Kalau kamu cuma mendapati satu dua, mungkin ada baiknya pertimbangkan dulu sebelum mengambil keputusan superpenting untuk melepaskan luar sana ada banyak orang yang membutuhkan pekerjaan yang sudah kamu punya. Namun balik lagi, kalau setengahnya atau malah lebih dari 10 alasan untuk resign kerja itu sudah kamu alami, yakin masih mau bertahan?

RestuAllah jangan lupa, banyakkan Solat Istikharah, jaga syariat, tunang tak perlu heboh-heboh. Yang banyak ujian lepas tunang tu rasanya sebab korang heboh habis 1 dunia. nikah, tapi hancur institusi atas sebab yang boleh dielakkan sebelum bermulanya apa-apa. Semoga berjaya pada adik-adik di sana. Semoga Allah merahmati kita semua

yaqXzL.
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/405
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/428
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/549
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/3
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/252
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/25
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/310
  • 7ozqjkfmnu.pages.dev/22
  • rezeki di tangan allah jangan takut resign